|
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terjadi karena:
|
|
- Meninggal dunia
|
|
- Kehendak pekerja
|
|
- Pensiun
|
|
- Habis kontrak
|
|
- Pekerja percobaan
|
|
- Sakit berkepanjangan
|
|
- Cacat total
|
|
- Efisiensi tenaga kerja
|
|
|
|
|
|
Pemutusan hubungan kerja (PHK) dapat dilakukan oleh perusahaan apabila:
|
|
- Pekerja melakukan pelanggaran berat yang merugikan perusahaan.
|
|
- Pekerja tidak dapat lagi melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik setelah diberikan kesempatan perbaikan.
|
|
- Pekerja melakukan tindakan kriminal yang mengancam kepentingan perusahaan.
|
|
- Pekerja tidak mampu bekerja karena sakit yang berkepanjangan.
|
|
- Perusahaan mengalami kerugian atau restrukturisasi yang mengharuskan pengurangan tenaga kerja.
|
|
|
|
Pemutusan hubungan kerja harus didasarkan pada ketentuan yang berlaku, dan perusahaan wajib memberikan kompensasi berupa pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
|
|
|
|
Besarnya tunjangan pasca PHK dihitung berdasarkan masa kerja dan upah pekerja pada saat PHK dilakukan.
|
|
|
|
Pengusaha wajib memberikan pemberitahuan tertulis kepada pekerja mengenai rencana PHK sekurang-kurangnya 1 bulan sebelum pelaksanaan PHK.
|
|
|
|
Pekerja yang diberhentikan karena alasan pelanggaran berat tidak berhak atas pesangon.
|
|
|
|
PHK karena kehendak karyawan dilakukan setelah mengajukan permohonan berhenti minimal 30 hari untuk non-penyelia dan 60 hari untuk penyelia.
|
|
|